Pentingnya Riset
“akar dari setiap investigasi
ialah informasi “. dan pekerjaan setiap wartawan investigatif ialah mendapatkan
informasi, mengevaluasi dan menganalisisnya dan mengkomunikasikannya dengan
cara memberitahukan dan membangkitkannya kepada banyak orang. “maka itulah
muncul persoalan pencarian ketepatan jenis informasi dari sejumlah sumber dan
media seperti bentukan Itraditional print, broadcasting, intrenet dan pelayanan
data elektronis.
Para wartawan mengambil informasi
dari berbagai sumber untuk sebuah interpretasi kejadian. Upaya mempresentasikan
ke dalam konteks yang telah mendapat legitimasi dan kredibilitas untuk
menginterpretasikannya, memarginalisasikannya sebuah kontruksi. Dengan kata
lain, pekerjaan jurnalis ialah menyeleksi informasi ke dalam Iangel yang
diinginkannya ke berbagai bentuk.
Peran wartawan ialah untuk
menginterpretasi informasi dan menyajikannya ke dalam bentuk kepastian
pemahaman. Karena itu wartawan tidak pernah bekerja di dalam kevakuman penyimpangan
atau di luar kehidupan masyarakat tempat ia tinggal. Karena situasi sosial kemasyarakatan, tiap
kerja wartawan di beri upah oleh organisasi media yang besar, atau oleh media
independen yang kecil, atau honor dari ke dua jenis media itu untuk produk
kerja seorang wartawan freelance.
Kerja segala wartawan itu di bawah kepastian. Hal ini juga menyangkut aturan deadlineuntuk pengejaran terhadap fakta
fakta. Serta kegiatan seperti melakukan riset yang mendalam atau analisis dan
konvensi penyeleksian, penelitian, penginterpretasian, dan pemaparan fakta
fakta.
Dalam mencapai kepastian yang
lebih valid jurnalisme telah memakai acuan penelitian sosialogi dan psikologi
di dalam literatur semacam hendbook of
reporting methods. Maka itulah proses kerja investigative reporting dipakai
beberapa langkah dan penekanan yang membedakannya dengan peliputan reguler.
Melakukan riset secara seksama adalah penting karena:
·
Memperkenalkan
reporter ke dalam bahasa topik yang kompleks. Hal ini berarti mengharuskan
reporter untuk mempersiapkan diri dengan meminta nasehat kepada para ahli.
·
Memperkenalkan
reporter pada orang orang yang telah menjadi sumber berita, mengenai kisah yang
sama pada masa lalu.
·
Membantu
reporter untuk menyusun daftar pertanyaan. Para reporter menjadi mengenali
berbagai subjek yang hendak di investigasi. Dengan memahaminya mereka tidak akan
sulit untuk mempersiapkan.
·
Mendapatkan
berbagai bahan artikel lain yang memiliki kesamaan topik. Hal ini terkait
dengan pemantauan terhadap berbagai ulasan media sebelumnya. Tentang topik yang
telah diinvestigasi kerap berbagai bahasan media yang telah mengulas soal yang
sama masih memiliki kelemahan, tidak sempat terliput.
Precision
journalism
Gambaran kerja
ilmuan yang dipakai jurnalisme itu memiliki dimensi historis dan aplikatif.
Keduanya dapat ditelusuri melalui langkah langkah survey di dalam terminologi
jurnalisme presisi. Proses kerja jurnalisme presisi banyak dipakai dalam
kegiatan riset jurnalisme, dari pertimbangan apa saja yang mesti diperhatikan
dalam mengerjakan sebuah survei
bagaimanaa memformulasi pertanyaan yang harus disusun sampai
bagaimanakah mendekati publik bila hendak diposisikan sebagai sampel.
Waktu kerja
jurnalisme yang pendek mengharuskan hasil liputan yang secepatnya ditulis.
Kemampuan jurnalis yang bukan peneliti an
sich menjadikan kerja penelitian mereka tidak sekonsisten peneliti
universitas. Dalam beberapa kerja liputan. Penelitian jurnalis precision kerap dilaksanakan dengan
hanya mengambil beberapa langkah teknik penelitian tidak selengkap peneliti
akademis diharuskan konsistensi dengan langkah kerja metodologi penelitian yang
dipilih. Namun dengan tetap memakai patokan nilai prinsip keilmuan para
jurnalis presisi mencoba menghindari bias hasil kerja liputan yang terlalu
tinggi. Pada ahirnya kemampuan jurnalis meneliti data fakta yang terkumpul
serta menganalis dan menginterpretasikannya ditambah menyampaikannya ke dalam
wacana pesan jurnalistik, adalah nilai sesungguhnya dari kerja jurnalisme
presisi.
Metodologi yang
dipakai, diantaranya mencakup penelitian survei, sampel acak, teknik
mewawancarai sesuatu yang sensitif dan eksperimen lapangan. Tiap liputan kita
harus memakai semua teknik tersebut karena tiap liputan membutuhkan metode
metode yang berbeda untuk mencapai keakurasian dan reabilitas sampel opini
publik, misalnya:
-metode
kuantitatif, seperti perhitungan statistik mengukur opini khalayak melalui
sebuah poling cendrung dipergunakan.
-berbagai dimensi
peristiwa kemanusiaanpun menjadi terkalkulasi ke dalam hitungan kuantitatif.
- konsistensi
pemakaian teknik riset ilmu sosial ini mengakibat jurnalisme menjadi memiliki
rerealibilitas dan validitas. Bila merujuk ke penelitian akademis secara
sederhana bisa dianalogikan kegiatan jurnalisme presisi melaksanakan tahapan
kerja.
Tahap pertama :
melakukan riset. Seperti mendefinisikan isu, pencarian acuan literatur teori,
pennggerakan rangcangan liputan, penelusuran,pengolahan dan pembahaasan.
Tahap kedua :
tshapan kerja penulisan dari berbagai informasi hasil liputan sebelumnya di
format ke dalam wacana pelaporan. Pelaporan jurmnalistik merupakan kerja
penyampaian pesanyang memakai kaidah penulisan berita.menekankan pelaporan yang
mengandung nilai kelengkapan pemberian atribut narasumber keseimbangan
melaporkan pihak yang berkonflik, keobjektifan fakta-berita, dan kejelasan,
keringkasan dan kesederhanaan penyajian berita.
Hipotesis
Investigasi
Riset dan
reportase, yang mendalam dan berjangka waktu panjang adalah sarana untuk
membuktikan kebenaran atau kesalahan hipotesis. Hipotesis merupakan kerangka
dasar pemikiran yang mencakup inti dasar permasalahan ketika hendak
diperspektif.
Hipotesis menyatakan
asumsi yang menuju rangkaian pembuktian dari permasalahan yang hendak dicari,
ditemukan, dan dipastikan jawabannya. Karena itu, hipoyesis bisa dideskripsikan
ke dalam pertanyaan pertanyaan mendasar. Hipotesis bisa disususn dengan
beberapa pertanyaan dasar.
Awalnya, Survei
Jurnalisme
infestigativ, memiliki keterkaitan dengan pelaporan indepth reporting. Pada sisi pengerjaannya, infestigative reporting
memiliki kesamaan dalam penelusuran penyelidikannya. Peliputannya antara lain
memakai pelaksanaan riset sebagai sarana penting di dalam mrnggarap asumsi
hipotetif yang akan diangkat menjadi isu publik. Dengan kata lain, kerja
penyelidikan wartawan infestigativ akan memakai pendekatan keilmuan dalam
prakteknya.
Membangun
pertanyaan
Tujuan utamanya
adalah untuk mengembangkan sebuah focal
question, atau purpose statment. Melaluipertanyaan
secara langsung menyentuh isu primer untuk dieksplorasi.
Menguji pertanyaan
Walter mengajukan
beberapa pertanyaan kepada editor untuk dikoreksi dan memberikan saran saran dan
kritik terhadap pertanyaan yang dibuat. Setelah mendapatkan reaksi mereka ia
menguji pertanyaan pada beberapa pekerja noneditorialdan editorial korannya.
Beberapa diantara mereka kesulitan memahami perkataan dalam pertanyaan sehingga
Walter mengubahnya dengan pertanyaan yang menggunakan kata kata yang lebih
jelas hal ini bisa dilakuakan untuk mengurangi kekeliruan pengertian dan
memahami pertanyaan.
Mengidentifikasi
Sampel = Responden
Jurnalisme
mendapatkan penjelajahan dalam memastiakan langkah langkah yang mesti diambil
guna mencapai ketetapan dan akurasi fakta. Peliputan tidak lagi berada diarea
pekerjaan yang menuruti arah sumber menjelaskan segala yang diketahuinya.
Reportase berkecimpung mengatasi kesulitan yang dihadapi reporter tatkala
menghadapi ketiadaan petunjuk di mana saja harus ditemukan narasumber yang
cukup bnayak jumlahnya lalu ketika ditemukan narasumber yang engan dimintai
keterangan. Dan berbagai hambatan lainnya yang dapat mengganggu tolok ukur
validitas pemberitaan. Dalam kaitannya pekerjaan pelaporan investigativbisa
dinilai sebagai penyampuran kegiatan riset, pengamatan, wawancara,penulisan,
dan penulisan ulang.
Sumber informasi
Pada perspektif
umum, sumber berita konvensional dapat menjadi agenda setting pemberitaan yang
dapat dijadikan bahan bagi peliputan infestigativ, dengan kewaspadaan bahwa
dari pencarian berita melalui sistem beat yang telah terbina memunculkan wacana
status quo tidak terjebak dengan stereotipe.
Sumber primer dan
skunder
Sumber sumber
pemberitaan pers menurut Mencer, bisa dibagi kedalam dua tipe yakni :sumber
yang bersift fisik dan sumber yang bersifat human. Bila diklasifikasikan
berbagai sumber informasi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: riset sumber
informasi primer dan riset informasi skunder.
Riset dari sumber
primer
Riset ini
berhubungan dengan kegiatan penggalian fakta dan pemeriksaan akurasi. Kegiatan
riset ini mencakup ke dalam upaya yang berasa dari berbagai pengaaman dan
obserfasi pribadi serta berbagai data dan keterangan yang di dapat dari para
tenaga sukarela.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar