Selasa, 21 Mei 2013

RISET INVESTIGASI


Pentingnya Riset

“akar dari setiap investigasi ialah informasi “. dan pekerjaan setiap wartawan investigatif ialah mendapatkan informasi, mengevaluasi dan menganalisisnya dan mengkomunikasikannya dengan cara memberitahukan dan membangkitkannya kepada banyak orang. “maka itulah muncul persoalan pencarian ketepatan jenis informasi dari sejumlah sumber dan media seperti bentukan Itraditional print, broadcasting, intrenet dan pelayanan data elektronis.
Para wartawan mengambil informasi dari berbagai sumber untuk sebuah interpretasi kejadian. Upaya mempresentasikan ke dalam konteks yang telah mendapat legitimasi dan kredibilitas untuk menginterpretasikannya, memarginalisasikannya sebuah kontruksi. Dengan kata lain, pekerjaan jurnalis ialah menyeleksi informasi ke dalam Iangel yang diinginkannya ke berbagai bentuk.
Peran wartawan ialah untuk menginterpretasi informasi dan menyajikannya ke dalam bentuk kepastian pemahaman. Karena itu wartawan tidak pernah bekerja di dalam kevakuman penyimpangan atau di luar kehidupan masyarakat tempat ia tinggal.  Karena situasi sosial kemasyarakatan, tiap kerja wartawan di beri upah oleh organisasi media yang besar, atau oleh media independen yang kecil, atau honor dari ke dua jenis media itu untuk produk kerja seorang wartawan freelance. Kerja segala wartawan itu di bawah kepastian. Hal ini juga menyangkut aturan deadlineuntuk pengejaran terhadap fakta fakta. Serta kegiatan seperti melakukan riset yang mendalam atau analisis dan konvensi penyeleksian, penelitian, penginterpretasian, dan pemaparan fakta fakta.
Dalam mencapai kepastian yang lebih valid jurnalisme telah memakai acuan penelitian sosialogi dan psikologi di dalam literatur semacam hendbook of reporting methods. Maka itulah proses kerja investigative reporting dipakai beberapa langkah dan penekanan yang membedakannya dengan peliputan reguler. Melakukan riset secara seksama adalah penting karena:

·         Memperkenalkan reporter ke dalam bahasa topik yang kompleks. Hal ini berarti mengharuskan reporter untuk mempersiapkan diri dengan meminta nasehat kepada para ahli.
·         Memperkenalkan reporter pada orang orang yang telah menjadi sumber berita, mengenai kisah yang sama pada masa lalu.
·         Membantu reporter untuk menyusun daftar pertanyaan. Para reporter menjadi mengenali berbagai subjek yang hendak di investigasi. Dengan memahaminya mereka tidak akan sulit untuk mempersiapkan.
·         Mendapatkan berbagai bahan artikel lain yang memiliki kesamaan topik. Hal ini terkait dengan pemantauan terhadap berbagai ulasan media sebelumnya. Tentang topik yang telah diinvestigasi kerap berbagai bahasan media yang telah mengulas soal yang sama masih memiliki kelemahan, tidak sempat terliput.
Precision journalism
Gambaran kerja ilmuan yang dipakai jurnalisme itu memiliki dimensi historis dan aplikatif. Keduanya dapat ditelusuri melalui langkah langkah survey di dalam terminologi jurnalisme presisi. Proses kerja jurnalisme presisi banyak dipakai dalam kegiatan riset jurnalisme, dari pertimbangan apa saja yang mesti diperhatikan dalam mengerjakan sebuah survei  bagaimanaa memformulasi pertanyaan yang harus disusun sampai bagaimanakah mendekati publik bila hendak diposisikan sebagai sampel.
Waktu kerja jurnalisme yang pendek mengharuskan hasil liputan yang secepatnya ditulis. Kemampuan jurnalis yang bukan peneliti an sich menjadikan kerja penelitian mereka tidak sekonsisten peneliti universitas. Dalam beberapa kerja liputan. Penelitian jurnalis precision kerap dilaksanakan dengan hanya mengambil beberapa langkah teknik penelitian tidak selengkap peneliti akademis diharuskan konsistensi dengan langkah kerja metodologi penelitian yang dipilih. Namun dengan tetap memakai patokan nilai prinsip keilmuan para jurnalis presisi mencoba menghindari bias hasil kerja liputan yang terlalu tinggi. Pada ahirnya kemampuan jurnalis meneliti data fakta yang terkumpul serta menganalis dan menginterpretasikannya ditambah menyampaikannya ke dalam wacana pesan jurnalistik, adalah nilai sesungguhnya dari kerja jurnalisme presisi.
Metodologi yang dipakai, diantaranya mencakup penelitian survei, sampel acak, teknik mewawancarai sesuatu yang sensitif dan eksperimen lapangan. Tiap liputan kita harus memakai semua teknik tersebut karena tiap liputan membutuhkan metode metode yang berbeda untuk mencapai keakurasian dan reabilitas sampel opini publik, misalnya:
-metode kuantitatif, seperti perhitungan statistik mengukur opini khalayak melalui sebuah poling  cendrung dipergunakan.
-berbagai dimensi peristiwa kemanusiaanpun menjadi terkalkulasi ke dalam hitungan kuantitatif.
- konsistensi pemakaian teknik riset ilmu sosial ini mengakibat jurnalisme menjadi memiliki rerealibilitas dan validitas. Bila merujuk ke penelitian akademis secara sederhana bisa dianalogikan kegiatan jurnalisme presisi melaksanakan tahapan kerja.
Tahap pertama : melakukan riset. Seperti mendefinisikan isu, pencarian acuan literatur teori, pennggerakan rangcangan liputan, penelusuran,pengolahan dan pembahaasan.
Tahap kedua : tshapan kerja penulisan dari berbagai informasi hasil liputan sebelumnya di format ke dalam wacana pelaporan. Pelaporan jurmnalistik merupakan kerja penyampaian pesanyang memakai kaidah penulisan berita.menekankan pelaporan yang mengandung nilai kelengkapan pemberian atribut narasumber keseimbangan melaporkan pihak yang berkonflik, keobjektifan fakta-berita, dan kejelasan, keringkasan dan kesederhanaan penyajian berita.
Hipotesis Investigasi
Riset dan reportase, yang mendalam dan berjangka waktu panjang adalah sarana untuk membuktikan kebenaran atau kesalahan hipotesis. Hipotesis merupakan kerangka dasar pemikiran yang mencakup inti dasar permasalahan ketika hendak diperspektif.
Hipotesis menyatakan asumsi yang menuju rangkaian pembuktian dari permasalahan yang hendak dicari, ditemukan, dan dipastikan jawabannya. Karena itu, hipoyesis bisa dideskripsikan ke dalam pertanyaan pertanyaan mendasar. Hipotesis bisa disususn dengan beberapa pertanyaan dasar.
Awalnya, Survei
Jurnalisme infestigativ, memiliki keterkaitan dengan pelaporan indepth reporting. Pada sisi pengerjaannya, infestigative reporting memiliki kesamaan dalam penelusuran penyelidikannya. Peliputannya antara lain memakai pelaksanaan riset sebagai sarana penting di dalam mrnggarap asumsi hipotetif yang akan diangkat menjadi isu publik. Dengan kata lain, kerja penyelidikan wartawan infestigativ akan memakai pendekatan keilmuan dalam prakteknya.
Membangun pertanyaan
Tujuan utamanya adalah untuk mengembangkan sebuah focal question, atau purpose statment. Melaluipertanyaan secara langsung menyentuh isu primer untuk dieksplorasi.
Menguji pertanyaan
Walter mengajukan beberapa pertanyaan kepada editor untuk dikoreksi dan memberikan saran saran dan kritik terhadap pertanyaan yang dibuat. Setelah mendapatkan reaksi mereka ia menguji pertanyaan pada beberapa pekerja noneditorialdan editorial korannya. Beberapa diantara mereka kesulitan memahami perkataan dalam pertanyaan sehingga Walter mengubahnya dengan pertanyaan yang menggunakan kata kata yang lebih jelas hal ini bisa dilakuakan untuk mengurangi kekeliruan pengertian dan memahami pertanyaan.
Mengidentifikasi Sampel = Responden
Jurnalisme mendapatkan penjelajahan dalam memastiakan langkah langkah yang mesti diambil guna mencapai ketetapan dan akurasi fakta. Peliputan tidak lagi berada diarea pekerjaan yang menuruti arah sumber menjelaskan segala yang diketahuinya. Reportase berkecimpung mengatasi kesulitan yang dihadapi reporter tatkala menghadapi ketiadaan petunjuk di mana saja harus ditemukan narasumber yang cukup bnayak jumlahnya lalu ketika ditemukan narasumber yang engan dimintai keterangan. Dan berbagai hambatan lainnya yang dapat mengganggu tolok ukur validitas pemberitaan. Dalam kaitannya pekerjaan pelaporan investigativbisa dinilai sebagai penyampuran kegiatan riset, pengamatan, wawancara,penulisan, dan penulisan ulang.
Sumber informasi
Pada perspektif umum, sumber berita konvensional dapat menjadi agenda setting pemberitaan yang dapat dijadikan bahan bagi peliputan infestigativ, dengan kewaspadaan bahwa dari pencarian berita melalui sistem beat yang telah terbina memunculkan wacana status quo tidak terjebak dengan stereotipe.
Sumber primer dan skunder
Sumber sumber pemberitaan pers menurut Mencer, bisa dibagi kedalam dua tipe yakni :sumber yang bersift fisik dan sumber yang bersifat human. Bila diklasifikasikan berbagai sumber informasi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: riset sumber informasi primer dan riset informasi skunder.
Riset dari sumber primer
Riset ini berhubungan dengan kegiatan penggalian fakta dan pemeriksaan akurasi. Kegiatan riset ini mencakup ke dalam upaya yang berasa dari berbagai pengaaman dan obserfasi pribadi serta berbagai data dan keterangan yang di dapat dari para tenaga sukarela.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar