Wawancara
investigasi
Beberapa segi
Tanya jawab
dalam wawancara yang umum dilakukan biasanya tertuju kepada jawaban jawaban
yang bersifat langsung memuat apa yang
ditanyakan, dan terkait dengan motivasi memuasakan kebutuhan khalayak umum.
Jurnalis pertama yang melakukan wawancara dengan menggunakan pertanyaan
langsung (dirrect queations) dan di
tulis melalui bentuk pertanyaan dan jawaban.
Sejak itu para
wartawan mewawancara berbagai orang untuk berbagai jawaban dan reaksi tipikal
daripermasalahan atau peristiwa penting dan mengundang perdebatan. Wawancara
dilakukan kepada para selebritis atau karakter unsuar yang memiliki kisah kisah
entertaiment atau nilai nilai inspiratif, atau mewawancara para ahli yang
mempunyai informasi atau gagasan gagasan yang penting kepada masyarakat .
Bagi dunia
jurnalisme investigatif, setiap melakukan wawancara, wartawan unfestigatif
memerlukan pendekatan dan penanganan yang berbeda di setiap kasusnya. Setiap
individu, yang diwawancara, memiliki segi segi personal, kepribadian, dan
kejiwaan yang khas manusiawi. Namun demikian, setiap pelaporan wawancara mesti
mempresentasikan impresi impresi dari apa yang dikemukakan narasumber,segala
perkataan yang dinyatakannya, dan segala pengertian yang dijelaskannya.
Dalam banyak
hal,investigativ reporting harus menekankan keberadaan narasumber yang hendak
di wawancara sebagai sumber sumber informasi yang sama pentingnya pada
personalitasnya.wartawan investigativ mesti memberi perhatian yang sama kepada
setiap narasumber.
Aturan umum
wawancara:
Kolumnis AS,
Art buchwaeld mengaku tak pernah suka di wawacara. Proses wawancara baginya,
menjadi moment depresi karena tuntutan untuk memikirkan hal hal uang tak pernah
terfikirkan sebelumnya. Ia dipaksa untuk menjawab hal hal yang tidak di persiapkan
sebelumnya.
Maka itulah
bagi kalangan wartawan, kegiatan wawancara memerlukan upaya khusus terhadap
kondis psikis narasumber yang hendak dimintai keterangan. Mereka harus
membangun suasana wawancara yang menyenangkan kepada orang yang diwawancara.untuk
itu, pendekatan kepada narasumber yang akan diwawancara menjadi sesuatu yang
mesti diperhatikan secara cermat. Gaya (style) mewawancara merupakan alat yang
mesti di ukur.dalam ukuran yang ekstrim,gaya wartawati Oriana Falacci misalnya,
bisa di simak.
Namun, gara
Oriana falacci tentu saja meruoakan suatu contoh. Conth lain, dengan gaya lain
punya banyak contoh. Berbagai gaya dapat menjadi sandaran reeferensi. Di balik
semua panduan wawancara, yang hendak harus diperhatikan adalah, tak setiap gaya
pendekatan akan sama yang hendak
diperhatikan ialah,tidak setiap gaya pendekatan akan sama berhasilnya kepada
tiap orang yang akan diwawancara.
Pada proses
wawancara, dalam kaitan keabsahan materi yang hendak dilaporkan, jurnalisme
mengenali ketentuan ketentuan yang harus dipatuhi. Kode etik media massa,
diantaranya, memberikan beberapa jenis pengakuan yang mesti diperhatikan
wartawan.beberapa jenis keterangan narasumber yang mesti disepakati, sebelum
bahan wawancra ditulis atau disiarkan. yakni:
-On The Record
-On
Background
- on
deep Background
-Of The Record
Dari beberapa jenis keterangan ini, wartawan
investigativ mesti bergerak mendapat informasi
yang hendak dijadikan kerang ka penyelidikannya. Jenis kesepakatanyang
dipilih sangat menentukan kekuatan fakta yang hendak dilaporkan. Maka itulah
kelihaian wartawan infestigativ amat penting dimiliki dalam menghadapi
narasumber.
Melakukan
wawancara (investigativ)
Topik
“melakukan wawancara” ini di kutip dari sub bahasan sterntz, yang membahas
berbagai dimensi wawancara di banyak cakupannya. Ada dua hal pokok yang perlu
diperhatikan wartawan dalam melaksanakan kegiatan wawancara. Pertama, adalah
upaya mempersiapkan wawancara, dan mengajukan pertanyaan yang bagus. Hal ini
terkait dengan hasil yang akan di dapat: informasi reporter yang tidak siap dan
mengajukan pertanyaan pertanyaan yang buruk cendrung akan memperoleh hasil yang
tidak berguna. Kedua,adalah upaya untuk mempersiapkan wawancara dengan
pengumpulan informasi yang terkait. proses pencarian wartawan sangat
berpengaruh dalam proses wawancara yang akan dilakukan. Yakni, dalam mementukan
hal apa saja yang perlu ditanyakan kepada sumber berita.
Untuk itu
proses yang mesti di tempuh wartawan biasanya berada dalam rangkaian teknis :
1.
Tersenyum dengan sopan
2.
Memperkenalkan diri
3.
Menunjukkan munat terhadap orang/ subjek.
4.
Meyakinkan bahwa narasumber merasakan enak.
5.
Mempersiapkan diri untuk mencatat tanpa
mengganggu wawancara.
6.
Mengajukan pertanyaan:”apakah anak yang bermain
dijalanan itu anak anda?”
Dalam
berlangsungnya wawancara hendaknya di hindari pertanyaan yang menggunakan kata
perasaan. Hal ini dapat di contohkan melalui pertanyaan wartawan kepada
seseorang yang baru saja menghadapi kematian orang yang dicintainya.
Dalam
proses wawancara, wartawan mesti dapat memahami apa yang dikatakan sumber
berita. Iapun bisa mengaitkannya dengan konteks tertentu seperti dengan
berbagai hal yang telah dikatakan sumber berita yang sebelumnnya atau berbagai
data yang telah diketahui reporter
sebelumnya. Pada saat tanya jawab
berlanngsung wartawan mesti selalu menyiapkan diri untuk mengetahui pertanyaan
secar logis akan dikatakan sumber berita. Dimoment wawancara pula wartawan sudah mengantungi perkiraan
akan nilai berita yang akan dibuat dari berbagai bahan yang telah diberikan
oleh sumber berita untuk mengarahkan muatan wawancara dari kondisi tanyna jawab yang telah
menyimpang wartawan mesti berusaha menentukan konsistensi yaitu dengan
mengajukan pertanyaan yang sama dalam cara yang berbeda, semua cara mesti
diefektifkanagar didapat hasil yang maksimum dari yanya jawab yang telah di
lakukan.
Kualitas
pertanyaan akan menentukan seberapa bagus berita dapat dibuat, karena acuan
pertanyaan yang dilontarkan wartawan itu bisa berarti resiko, ancaman dan
tekanan. Ketika pertannyaan
dilontarkansaat pertanyaan dilontarkan. Semua penngetahuan itu sangat berguna
bagi proses invstigativ. Sebab dalam fase tertentu wawancara investigasi bisa
juga terjadi dalam sebuah proses yang unik. Berbagai pertanyaan yang di ajukan
wartawan investigativ benjadi yang berbeda dari yang biasa.
Melalui
sebuah pertanyaan yang salah di dalam sebuah wawancara investigativ. Pengaruh
suasana wawancara dengan acuan yang terus menghimpitnya membuat pegawai
pemerintahan daerah itu terlonjak,terpancing. Dan menegaskan bahwa proses jual
beli tanah yang di jalaninya tidak melibatka korporasi, akan tetapi perusahaan.
Dalam
jenis yang lebih lagi,wartawan investigasi kerap menggunakan acuan pertanyaan
yang langsung meminta klarifikasi dari kasus yang tengah diselidikinya.
Pertanyaan di mulai dengan acuan keterangan yang umum telah diketahui. Pada
jenis yang jauh lagi ketajamannya investigativ menggunakan teknik manipulasi
sikap, seolah olah mengetahui fakta yang telah terjadi. Targetnya ialah memberi
tampilan sosok yang begitu meykinkan kepada subjek investigasi bahwa pertanyaan
tersebut diajukan melalui gaya reporter yang telh mendapatkan keterangan
keterangan penting sehingga subjek berita , dalam keadaan ingin menolk
keterlibatannya,biasanya akan menjelaskan berbagai hl sebenarnya umumnya telah
terjadi.
Jenis
wawancara Investigasi
Suatu
liputan investigativ umumnya merupakan hasil wawancara dengan yang tidak
sekedar mewawancara satu atau dua sumber seperti riset dan penulisan. Proses
wawancara investigatif membutuhkan kerja yang ekstensif.
Keseriusan
mereka tidak main main .mereka mengerjakan lebuh dari 125 wawancara untuk kisa
Rumah Sakit pemerintah.prosesnya muncul dari keaktifan wawancara, untuk
menanyakan, adakah orang lain yang bersedia berbicara mengenai hal yang sama
bila di datangi. Sepanjang proses wawancara para reporter terus mendengarkan
kisah kisah berisi tuduhan terhadap seorang petugas di departemen pemerintahan
yang mengawasi rumah sakit pemerintah.
Pelaporan
reportase investigativ semacam ini tidak membedakan media cetak dan elektronik
“highlights” dari kisah tersebut sama
saja,”kata Dravesky”. Satu satunya
perbedaan adalah gaya penulisannya jurnalis media cetak, dapat melaporkan apa
yang telah diktakan seorang di radio,seorang reporter membiarkan orang yang
diwawancara betul betul mengatakannya sendiri, dia alat perekam.namun, yang
terlebih penting,adalah keleluasaan mengerjakan liputan investigasi dari
kebijakan redaksi masing maasing.
Dari
tuturan pennglamaan mereka dapat tipikal
praktek wawancara yang biasa dikerjakan oleh para wartawan cara pengumpulan
informasi di racik melalui wawancara ini, dapat di telusuri. Secara umum di
dalam kegiatan seperti ini.
Wawancara
Telepon
Telepon
merupakan sarana yang cepat dan murah untuk mendpatkan bahan berita yang
bersifat rutin, seperti ketika menghubungi kepolisian dan dinas pemadaman
kebakaran atau menayakan kapan rapat dewan kota akan dilakukan.
Ada
beberapa keuntungan yang bisa diraih diwawancarai lewat telepon. Hubungan
telepon dinilai dapat memangkas waktu dari pada pertemuan tatap muka. Tapi di
sisi lain, bunyi nada sibuk dari pesawat narasumber menghalangi kecepatan waktu
yang hendak ditempuh pembuatan berita.
Wawancara
Langsung
Melalui
pertemuan langsung wartawan dapat lebih banyak memiliki waktu dan
berkemungkinann mendapatkan ranah ranah baru pemberitaan. Walaupun, untuk
ini,diutuhkan biaya dan waktu yang dikorbankan lebih banyak di abnding telepon.
Tampilan prilaku sikap,perporma fisik wartawan juga dapat mengganngu sumber
berita untuk mau mengeluarkan segala keterangan yang dimilikinya.
Konferensi
Pers
Komperensi
Pers sering diartikan sebagai suatu peristiwa yang direncanakan oleh para
pejabat dan pengusaha untuk kepentingan dan keuntungan sendiri. Suasan
konperensi pers membuat wartawan sulit, mendapatka, atau mengejar, informasi
yang berharga. Sumber berita dapat memutuskn kepada siapa yng diberi kesempatan
bertanya, menentukan panjang jawaban, menghindari pertanyaan lanjutan dan
melakukan pengulangan pertanyaan serta menentukan waktu,tempat dan lama
wawancara. Wartawan sulit mengajukan penentangan meminta penjelasan lebih
lanjut, atau menempatkan bahan berita ke dalam konteks tertentu.
Interviews
from the outside in
Ilustrasi
kerja wawancara zdravesky dkk. Ketika meliput kisah penjara pemerintah dan
rumah sakit jiwa merupakan tipikalnya proses wawancara yang dilakukan oleh
banyak reporter investigativ. Liputan wawancara mereka biasa disebut dengan
interview from outside in, yang menunjukan sebuah lingkaran dari area narasumber
yang akan di investigasi, yang melibatkan kesekuruhan sunjek subjek wawancara
adari yang paling tidak penting sampai pada pemain yang penting.
Smoking
Gun Interview
Ada
pandangan bahwa jenis wawancara yang kontrontatif ini hanya pantas dilakukan di
depan Tv. Wawancara kontrontatif akan repot bila dilakukan untuk kepentingan
halaman koran atau majalah. Wartawan investigatif dari kalangan media cetak
dapat mendtangkan subjek wawancara dengan langsung menuding lawannya sebagai
penjahat, seperti gaya jaksa penuntut du ruang pengadilan ketika mengintrogasi
terduga. Dengan kata lain, hanya bisa dipergunakan dalam beberapa kasus. Tidak
dapat digunakan dalam prosedur standar wawancara.
Double
Cheks and Triple Cheks
Reporter
yang menggarap kisah kisah investigativ tidak mengalami tekanan deadline waktu
seperti reporter yang melipit breaking news atau berita yang berkenbang dengan
cepat. Para reporter investigativ memiliki waktu yang lebih panjang. Untuk itu,
para wartawan investigatif diharuskan melakukan
upaya double cheks dan triple cheks pada segala sesuatu yang dikatakan
oleh sumber sumber mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar